(0362) 21440
dkpp@bulelengkab.go.id
Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan

Syarat Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Koi

Admin dkpp | 27 Mei 2019 | 9336 kali

Budidaya ikan koi sudah banyak dilakukan. Permintaan yang tinggi pada ikan hias ini menjadi salah satu alasan utama. Selain itu, harga jual ikan koi juga bisa sangat mahal. Terutama, jika ikan koi pernah memenangkan lomba dan memiliki sisik yang indah. 

Budidaya ikan koi memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah kualitas air sebagai media agar pertumbuhan ikan koi maksimal. Air ini sebaiknya berasal dari sumber yang tidak tercemar. Sebab, kualitas air akan berpengaruh langsung pada kesehatan dan keindahan koi.

Ada beberapa parameter yang menjadi tolak ukur kualitas air.

Suhu yang optimal digunakan pada budidaya ikan koi berkisar antara 20—28°C. Pengaturan suhu bisa dilakukan dengan pemanas suhu jika suhu air masih terlalu dingin. Jika suhu sudah terlalu panas, bisa disesuaikan dengan menurunkan suhu.

Derajat keasamaan yang ideal bagi budidaya ikan koi berkisar antara pH 6,5—8,0. Namun, ikan koi juga bisa hidup di air dengan pH 7,0—8,5. Selain keasaman, kadar oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) juga penting bagi ikan koi. Sebaiknya, air pada kolam budidaya koi memiliki kadar DO minimum 5 miligram per liter.

Level amonia yang terlalu jenuh bisa menurunkan kualitas hidup ikan koi. Nilai maksimum kadar amonia adalah 0,02 miligram per liter. Amonia bersifat toksik bagi hewan air.Alat ukur kadar amonia bisa menggunakan water quality test kit atau spektrofotometer.

Alat tersebut juga bisa digunakan untuk mengukur kadar nitrit dalam air. Semakin tinggi kadar nitrit menunjukkan adanya masalah pada filter air yang digunakan. Keberadaan nitrit pada air maksimum adalah 0,2 miligram per liter.

Tingginya kadar amonia dan nitrit pada air bisa menjadi pertanda bahwa kolam sudah melebihi populasi yang bisa ditampung. Hal ini juga bisa disebabkan oleh pemberian pakan yang berlebihan. Jika kadar sudah terlalu tinggi, bisa diberikan probiotik pada media air budidaya untuk menurunkannya. 

Tak kalah penting adalah dengan menjaga kadar karbon dioksida terlarut pada air di dalam kolam budidaya. Pengukuran karbon dioksida bisa didasarkan pada keberadaan natrium hidroksida. Nilai maksimal yang boleh berada di air kolam adalah 12 miligram per liter. Jika lebih, sebaiknya kepadatan kolam mulai dikurangi serta pemberian pakan dikontrol.

Terakhir, pentingnya menjaga alkalinitas atau kesadahan air kolam. Basa yang terdapat dalam kolam juga bisa memengaruhi hidup ikan. Jenis basa yang biasa terdapat dalam kolam antara lain karbonat, bikarbonat, dan hidroksida. Ketiganya harus berada di kisaran 50—300 miligram per liter.