Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) membantu Petani dan Nelayan Indonesia untuk bangkit setelah kejadian gempa bumi dan tsunami yang menimpa. Lebih dari 70 ribu orang akan kembali memproduksi makanan untuk jangka panjang.
FAO telah meluncurkan program pemulihan untuk membantu lebih dari 70 ribu petani dan nelayan Indonesia kembali menanam bahan pangan dan melaut. Ini dilakukan setelah serangkaian bencana yang menghancurkan Sulawesi Tengah Oktober lalu.
Gempa Palu dan Donggala tersebut, terhitung sebagai gempa paling mematikan di Indonesia sepanjang lebih dari satu dekade. Tsunami dan likuifaksi yang menyusul setelah gempa, juga telah menghancurkan banyak rumah serta lahan pertanian. Korban jiwa berjatuhan dan ribuan orang menjadi pengungsi karena kehilangan tempat tinggal.
Selama tiga bulan ke depan, FAO bertujuan menjangkau 50 ribu petani dengan benih sayuran, pupuk juga alat-alat tangan (pertanian) kecil seperti sekop dan cangkul. Sebanyak 20 ribu nelayan juga akan menerima peralatan untuk menangkap ikan.
Melalui siaran persnya, Senin (5/11), FAO juga menyatakan telah menyiapkan skema bantuan tunai untuk mendukung 4.000 ibu hamil dan ibu dengan anak usia di bawah lima tahun. Hal tersebut memungkinkan mereka mengakses makanan bergizi
Perwakilan FAO di Indonesia, Stephen Rudgard mengatakan, keluarga di Sulawesi Tengah sangat bergantung pada kegiatan pertanian dan perikanan. Bagi banyak mayoritas penduduk, ini adalah satu-satunya sumber makanan dan pendapatan mereka. Dengan terjadinya bencana ini, mereka kehilangan mata pencaharian.
“Kami tahu bahwa banyak orang di Indonesia telah mengalami ini sebelumnya dan cukup tangguh untuk kembali bangkit. Namun, penting bahwa FAO hadir, dalam mendukung upaya Pemerintah untuk membantu masyarakat Sulawesi Tengah agar segera bangkit. Melalui program bantuan ini masyarakat Indonesia dapat memulihkan produksi makanan mereka secepat mungkin dan menghindari lebih banyak kelaparan dan penderitaan di masa depan,” beber Rudgard.
Selama 70 tahun, FAO telah mendukung Indonesia dengan ratusan program untuk meningkatkan, menstabilkan, serta menambah kualitas produksi dan suplai makanan. Namun demikian, lebih dari 200 ribu orang telah mengungsi dan lebih dari 3.000 orang kehilangan nyawa mereka atau hilang karena rangkaian bencana yang menimpa Sulawesi Tengah.
Oleh karena itu, terdapat risiko tinggi untuk gagal panen lebih lanjut karena berkurangnya tenaga kerja pertanian, hilangnya persediaan pertanian dan terbatasnya akses ke benih, pupuk, peralatan dan irigasi. Beberapa fasilitas perikanan dan akuakultur, termasuk pembenihan ikan, tempat pendaratan, kapal dan peralatan memancing juga telah rusak parah.
Sumber : https://www.perikananku.com/petani-dan-nelayan-dibantu-fao-untuk-bangkit-pascagempa/