Siapa sangka, bertenak patin ternyata dapat memberikan laba hingga puluhan juta rupiah setiap bulannya, seperti yang dialami Bangun Adi Wahono. Ia menolak saran ayahnya untuk menjadi pegawai negeri, dan lebih memilih untuk beternak patin.
Setelah lulus kuliah, hubungan Bangun dengan ayahnya, Ridwan, mendingin karena ia bersikeras ingin menjadi peternak ikan dan memajukan usaha budidaya lele dan gurami yang dirintis ayahnya itu. Sementara Ridwan, menginginkan Bangun menjadi pegawai negeri sipil atau bekerja di perusahaan.Bangun pun berusaha meyakinkan sang ayah agar merestui keputusannya. Akhirnya, sikap Ridwan melunak setelah Bangun menjadi mitra peternak pabrik filet ikan patin.
Sejak 2016, Bangun mengelola semua kolam ikan rintisan sang ayah. Peternak asal Jawa Tengah itu membuat terobosan besar dan meyakinkan sang ayah untuk beternak patin serta meninggalkan gurami dan lele.Kini, omzet Bangun Rp145 juta dari perniagaan 10 ton patin per bulan. Setelah dikurangi ongkos produksi Rp10 ribu per kg, ia mengantongi laba Rp45 juta per bulan. Sementara profit penjualan 1,5 ton patin setiap hari minimal Rp375 ribu atau Rp9,3 juta per bulan. Ia mengutip laba minimal Rp250 ribu per kg ikan patin.
Laba tersebut tentu saja lebih besar dibandingkan dengan gaji karyawan yang baru masuk ke perusahaan atau pegawai negeri sipil seperti yang diharapkan ayahnya. Kini, pria kelahiran Tulungagung itu mengurus 25 kolam ikan patin. Ia mengatur penebaran benih agar bisa panen 10 ton setiap bulannya.
Keberhasilan Bangun dalam mengembangkan patin tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pada Juni—Agustus 2018, Bangun kehilangan lebih dari 100 kg patin yang mati karena peralihan cuaca. Kondisi cuaca ekstrem selalu menjadi kendala tahunan yang dialami Bangun. Menurutnya, solusi dari permasalahan tersebut, yakni pastikan kualitas air selalu terjaga.
Sumber : https://www.pertanianku.com/laba-puluhan-juta-dari-beternak-patin/