KKPNews, Jakarta – Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja mikro ekonomi subsektor perikanan budidaya membaik, hal ini terlihat dari Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) dan Nilai Usaha Pembudidaya Ikan (NTUPi) tumbuh positif sepanjang tahun 2018. Tren positif pertumbuhan NTPi dan NTUPi memberikan gambaran bahwa usaha pembudidayaan ikan yang digeluti masyarakat menunjukan adanya peningkatan keuntungan usaha dan lebih visible.
Periode Juli 2018 misalnya, Nilai NTPi mencapai angka 100,58 atau terkoreksi tumbuh sebesar 0,88 persen dibanding bulan yang sama tahun 2017 yang mencapai angka 99,7. Capaian NTPi bulan Juli 2018 merupakan nilai tertinggi sejak Januari 2015. Kondisi ini mengindikasikan adanya peningkatan pendapatan yang disertai oleh perbaikan daya beli di kalangan masyarakat pembudidaya ikan. Pendapatan pembudidaya ikan misalnya naik sebesar 8,9 persen dari semula Rp3,03 juta per bulan di tahun 2016 menjadi sekitar Rp3,3 juta per bulan di tahun 2017.
Dari sisi kinerja usaha pembudidayaan ikan, BPS juga mencatat Nilai Tukar Usaha Pembudidaya Ikan (NTUPi) pada periode Juli 2018 mencapai angka 111,55 atau terkoreksi tumbuh sebesar 0,88 persen dibandingkan bulan yang sama tahun 2017 yang mencapai 110,57. Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa usaha pembudidayaan ikan yang dijalankan semakin efesien, dan berpengaruh terhadap naiknya nilai tambah keuntungan yang diraup pembudidaya ikan. Disisi lain kapasitas usaha pembudidaya ikan juga semakin kuat.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (23/8) mengatakan bahwa tren perbaikan NTPi dan NTUPi menggambarkan bahwa iklim usaha perikanan budidaya semakin membaik dan secara nyata memberikan dampak positif bagi kesejahteraan pembudidaya ikan. Iklim usaha positif, menurutnya juga dipicu oleh produksi yang lebih efisien dan harga jual produk budidaya yang cenderung membaik di berbagai daerah.
Menurut Slamet, sejak awal Menteri Susi Pudjiastuti, merasa prihatin dengan rendahnya pendapatan pembudidaya akibat kurang efesiennya produksi budidaya. Oleh karenanya, sebagai tindak lanjut, KKP fokus menggarap perikanan budidaya dengan sasaran utama bagaimana meningkatkan efesiensi produksi dan nilai tambah keuntungan yang diraup pembudidaya ikan.
“Kami menggarisbawahi adanya capaian NTPi para periode Juli 2018 yang terkoreksi lebih besar dari angka 100, merupakan capaian positif. Saya rasa ini menjadi tolak ukur dari dampak positif berbagai program strategis KKP yang langsung menyentuh pembudidaya ikan, seperti dukungan input produksi, program gerakan pakan mandiri (Gerpari), pengembangan teknologi seperti bioflok dan Recirculating Aquaculture System (RAS); minapadi, bantuan benih dan dukungan lainnya yang saat ini telah berkembang di berbagai daerah,” jelas Slamet.
Pakan mandiri telah mampu menekan biaya input pakan sebesar minimal 30%. Sedangkan, penggunaan teknologi RAS juga dapat menekan Food Conversion Ratio (FCR) pada ikan menjadi < 1 dibanding sistem konvensional yang mencapai 1,5, hal ini dikarenakan metabolisme dalam tubuh ikan dan lingkungan yang lebih baik, dengan demikian cost produksi lebih efisien. (Humas DJPB/AFN).
Sumber : http://news.kkp.go.id/index.php/kesejahteraan-pembudidaya-ikan-kian-membaik/