Sistem minapadi yang telah dikembangkan di Indonesia sejak 2015, semakin mendapat perhatian dari banyak negara. Sistem yang menggabungkan perikanan budidaya dan pertanian itu, diminati oleh oleh 13 negara yang masuk kawasan Asia Pasifik. Seluruh negara tersebut, secara khusus belajar minapadi ke Indonesia dan langsung datang ke lokasi yang dijadikan percontohan oleh Pemerintah Indonesia.
Ke-13 negara yang tertarik mengembangkan minapadi di negaranya masing-masing itu, adalah Bangladesh, Kamboja, Laos, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Thailand, Filipina, Timor Leste, dan Vietnam. Mereka sengaja datang ke Yogyakarta untuk mempelajari lebih dalam tentang metode minapadi yang menjadi pertama di dunia.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto mengatakan, sejak Indonesia ditetapkan oleh badan pangan dunia PBB (FAO) sebagai rujukan model pengembangan minapadi untuk Asia Pasifik, dunia internasional mulai mengamati metode tersebut.
“Indonesia dinilai berhasil dalam pengembangan minapadi. Oleh Pemerintah, program tersebut menjadi program prioritas untuk mendukung ketahanan pangan,” ucapnya pekan lalu di Jakarta.
Penunjukkan yang dilakukan FAO tersebut, menurut Slamet, berdampak positif bagi Indonesia di dunia internasional. Indonesia menjadi sangat diperhitungkan sebagai negara yang berkontribusi positif secara internasional untuk pemenuhan kebutuhan pangan global melalui inovasi pengembangan minapadi.
Slamet mengungkapkan, inovasi minapadi yang dilakukan Indonesia, sejalan dengan program dunia yaitu tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs). Program SDGs tersebut, adalah program yang sudah disepakati oleh dunia dan tujuan utamanya adalah pengentasan kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan pangan global.
Untuk itu, Slamet mengatakan, apa yang sudah dilakukan Indonesia melalui minapadi, akan menjadi solusi untuk dunia dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Melalui sistem penggabungan perikanan budidaya dan pertanian itu, dunia bisa menopang ketahanan pangan di tengah penurunan kualitas dan perubahan iklim secara global.
“Kita tentu sangat bangga atas apresiasi dunia terhadap keberhasilan program minapadi nasional,” tuturnya.
Banyak Manfaat
Selain minapadi yang sudah dikembangkan sejak empat tahun terakhir, Slamet menyebutkan, Indonesia juga fokus mengembangkan perikanan budidaya untuk mendongkrak pendapatan masyarakat pembudidaya ikan secara nasional. Pada 2017, pendapatan rerata per pembudidaya ikan skala kecil mencapai Rp3,29 juta dan kemudian naik menjadi Rp3,38 juta pada 2018.
Meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan, menurut Slamet, selain karena ada inovasi sistem minapadi, juga karena ada kegiatan prioritas lain seperti program pakan mandiri, pengembangan budidaya ikan sistem bioflok, pengembangan induk dan benih unggul dan berkualitas, dan pengembagan teknologi recirculation aeration system (RAS).
Sistem minapadi bisa menekan terjadinya alih fungsi lahan dan urbanisasi, sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Kemudian, minapadi juga mampu menambah lahan produksi ikan sehingga mendukung capaian target produksi ikan secara nasional, dan juga, pada akhirnya itu mampu meningkatkan produksi ikan.
“Pada akhirnya, itu akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mendukung kedaulatan pangan serta ramah lingkungan,” tuturnya.
Perwakilan FAO untuk Asia Pasifik Weimen Miao menjelaskan, keputusan FAO untuk mengampanyekan sistem minapadi ke seluruh dunia, memang dilatarbelakangi keberhasilan Indonesia mengembangkan inovasi tersebut. Keberhasilan itu menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan utama untuk acuan konsep minapadi, terutama negara di Asia Pasifik.
Atas keberhasilan Indonesia, Weimen atas nama FAO memberikan apresiasia. Dia memuji komitmen Indonesia untuk terus mengembangkan sistem minapadi, hingga mendapatkan metode yang tepat dan ideal untukn diterapkan di setiap kondisi tanah dan udara. Kemampuan itu menjadi contoh terbaik untuk negara-negara lain yang tertarik mengembangkannya.
“Indonesia bisa jadi best practice bagi negara lain,” tambah Slamet.
Sementara, Perwakilan FAO untuk Indonesia Stephen Rudgrad mengatakan, inovasi yang dibuat Indonesia melalui sistem minapadi, diharapkan bisa menjadi salah satu strategi bagi duna untuk meningkatkan ketahanan pangan secara global. Oleh itu, walau sistem tersebut baru pertama di dunia, tapi ternyata sangat cocok diterapkan di 193 negara yang ada di dunia.