Indonesia merupakan negara maritim dengan kekayaan hayati yang sangat banyak, baik di darat maupun di laut. Salah satu kekayaan yang bisa dikembangkan adalah rumput laut. Rumput laut saat ini bisa dimanfaatkan pada setiap bidang industri sehingga prospek rumput laut bisa lebih cemerlang jika dikelola dengan baik.
Potensi
Budidaya Kappaphycus alvarezii dan Eucheuma denticulatum semakin berkembang secara meluas di beberapa negara, seperti Denmark, Irlandia, Selandia baru, Noco Scotia, Cina, Jepang, dan Mozambik yang merupakan produsen karaginan utama di dunia dan setiap tahunnya dapat menghasilkan nilai ekonomi mencapai US$240 juta.
Produksi
Lokasi budidaya rumput laut di Indonesia terdapat di daerah Lombok, Sumba, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Lampung, Kepulauan Seribu, dan perairan Pelabuhan Ratu. Berdasarkan data FAO yang dirilis pada 2008, Indonesia termasuk negara penghasil rumput laut terbesar dan pada 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-2 setelah Cina.
Jika diukur dari sisi volume, Indonesia berada pada posisi pertama sebagai eksportir rumput laut dengan menyumbang 95.588 ton rumput laut. Namun, jika dilihat dari nilai ekspor yang bisa didapat, Indonesia masih jauh di bawah negara-negara lain karena harganya terbilang lebih rendah.
Rendahnya harga ekspor disebabkan oleh sebagian besar rumput laut yang diekspor masih dalam kondisi mentah. Padahal, rumput laut yang sudah diolah-lah yang memiliki nilai jual tinggi. Hal ini seharusnya bisa menjadi masukan bagi prospek rumput laut di Indonesia.
Prospek pengembangan rumput laut
Untuk mengembangkan industri rumput laut, perlu dilakukan beberapa langkah strategis yang meliputi pemetaan rantai nilai rumput laut, ekstensifikasi budidaya rumput laut, pembibitan rumput laut, budidaya rumput laut, pengolahan hasil panen, dan pemasaran.