Kolam induk juga berfungsi untuk merevitalisasi atau merematurasi kondisi induk yang sudah digunakan agar pulih kembali. Dengan demikian, induk bisa digunakan untuk periode pemijahan selanjutnya. Ukuran kolam induk tidak perlu terlalu besar, cukup berukuran 50—100 m2 (lebar 4 m dan panjang 12—25 m) dengan kedalaman air 1—1,2 m. Hal terpenting adalah jumlah kolamnya cukup banyak sehingga dapat disesuaikan dengan periode pemijahan agar tidak mengganggu induk-induk yang belum siap untuk dipijahkan.
Kolam induk sebaiknya dilengkapi dengan jaring pemisah. Dengan demikian, kolam penampungan induk atau pemijahan dapat disekat dan digunakan untuk tempat pemberokan induk selama masa istirahat. Kolam berdimensi 100 m2 dapat menampung induk nila dengan ukuran 200—300 g/ekor sebanyak 400 ekor. Perbandingan jantan dan betina tergantung maksud dan tujuan pembuatan benihnya.
Kolam berikutnya yang dibutuhkan untuk pembenihan adalah kolam pendederan. Kolam pendederan yang praktis untuk pengelolaannya sebaiknya berukuran 100—200 m2 dengan kedalaman air minimal 0,8—1 m. Kolam pendederan umumnya dibagi menjadi 2 atau 3 tahap. Semakin banyak tahap pendederan, semakin seragam ikan yang dihasilkan, tetapi semakin besar pula biaya operasional yang dibutuhkan.
Untuk teknologi yang lebih maju dengan menggunakan sistem resirkulasi, pendederan tahap I dapat dilakukan di dalam ruangan atau hatchery yang terkontrol. Dengan demikian, ikan-ikan yang dihasilkan mempunyai ukuran yang lebih besar dan seragam untuk dimasukkan ke dalam kolam pendederan tahap II.
Pada fase pembesaran, tentu saja dibutuhkan kolam pembesaran. Kolam pembesaran yang umumnya digunakan berukuran antara 100—500 m2. Tahap pembesaran sangat tergantung pada kualitas benih yang dihasilkan dari pendederan. Semakin baik kualitas benih yang digunakan, akan semakin tinggi hasil yang diperoleh, terutama untuk masalah dayatahan tubuh ikan nila ketika dipelihara di dalam kolam.
Kolam terakhir yang dibutuhkan para pelaku usaha budi daya nila adalah kolam penampungan atau kolam sortir. Kolam tersebut dibutuhkan pada semua segmen budi daya nila, baik pembenihan maupun pembesaran. Kolam atau bak ini dilengkapi pasokan air yang cukup banyak sehingga ikan yang ditampung untuk dijual atau dipindahkan tetap sehat dan angka kematiannya dapat ditekan. Ukuran dari kolam ini sangat bervariasi. Hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah kolam mudah dikeringkan dan mudah pula diisi air sehingga langsung dapat digunakan kembali.
Untuk tahap pembesaran nila #1, jenis kolam yang digunakan dapat berupa kolam tanah/beton, keramba jaring apung, dan kolam air deras. Ketiga kolam tersebut memiliki kelebihan masing-masing. Misalnya kolam tanah mengandung banyak pakan alami. Keramba jaring apung memiliki keunggulan tidak perlu aliran air tambahan karena sudah ada aliran dari danau atau waduk serta dapat dipelihara dengan sistem intensif. Begitu pula dengan kolam air deras, keunggulannya adalah ikan cepat tumbuh karena aliran air yang deras dan ikan dapat dipelihara secara intensif.