(0362) 21440
dkpp@bulelengkab.go.id
Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan

Jenis Pakan Alami Ikan Gurami

Admin dkpp | 09 Desember 2019 | 1967 kali

Pakan alami ikan gurami sering dipilih oleh para pembudidaya karena jenisnya bervariasi serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi ikan dan kapasitas bukaan mulutnya. Pakan alami juga memiliki pergerakan yang atraktif sehingga memudahkan larva ikan untuk memangsanya. Berikut ini jenis pakan alami yang sering diberikan pada ikan gurami. 

Cacing sutera

Penggunaan cacing sutera sebagai pakan alami untuk ikan sudah sangat umum, termasuk pada ikan gurami. Kandungan nutrisi yang terkandung pada cacing sutera berguna untuk mendukung pertumbuhan larva atau benih. Cacing yang memiliki warna kemerahan ini sering ditemukan di beberapa saluran air. Hidupnya menempel pada substrat perairan secara bergerombol dan berkoloni.

Jika cacing ini mati, tubuhnya akan mengalami perubahan warna menjadi putih. Cacing yang akan diberikan pada ikan harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum diberikan pada ikan di air mengalir. Hal ini untuk mengantisipasi penyakit yang dibawa oleh cacing.

Cacing yang akan diberikan hendaknya direndam dahulu dalam air yang diberi methylene blue atau oxytertacycline selama 10 hingga 15 menit lamanya sebelum diberikan pada larva atau benih.

Jika Anda ingin menampung cacing sutera, dapat menggunakan wadah kecil berukuran 1 m × 2 m yang dilengkapi dengan aliran air kecil. Hal tersebut mampu membuat cacing bertahan dalam waktu yang cukup lama.

Kutu air (daphnia atau moina)

Daphnia dan moina lebih sering dikenal sebagai kutu air. Kutu air merupakan hewan yang paling sering digunakan sebagai pakan alami dalam budidaya ikan gurami. Daphnia dan moina memiliki peran penting dalam pangan ikan gurami karena mampu menggantikan posisi artemia yang merupakan pakan ikan gurami yang dinilai terlalu mahal. Kultur kutu air pun relatif mudah dilakukan. Wadah yang digunakan merupakan wadah bak beton atau kolam tanah dengan menggunakan pupuk berupa kotoran ayam. Kotoran ayam yang digunakan sebaiknya kotoran ayam petelur dengan dosis 1—1,5 kg per meter kubik air. Kutu air dapat dipanen setelah 2 minggu.