Kementerian Pertanian menggelar Rapat Koordinasi Peningkatan Investasi dan Ekspor Tanaman Pangan. Rapat tersebut dihadiri oleh perwakilan dari Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Badan Urusan Logistik (Bulog), pengusaha pelaku ekspor, serta perwakilan dari perbankan dan perusahaan asuransi.
Suwandi selaku Direktur Jenderal Tanaman Pangan melaporkan bahwa besaran ekpsor pada sektor tanaman pangan pada 2019 sudah mencapai 200 ribu ton atau setara dengan Rp2 triliun.
“Kacang hijau yang masa tanamnya singkat, sekitaran 2 bulan, adalah salah satu komoditas tanaman pangan yang menjadi favorit untuk diekspor. Jumlahnya mencapai 33 ribu ton. Selain itu, ada porang, jumlahnya mencapai 11 ribu ton.
Potensi ekspor tanaman pangan sebenarnya masih sangat besar dan terbuka untuk diisi oleh komoditas hasil pertanian Indonesia. Indonesia telah memiliki inovasi dan teknologi bioindustri yang sudah menghasilkan setidaknya ada 34 jenis produk padi, 41 jenis produk jagung, dan 28 jenis produk ubi kayu. Seluruh komoditas pertanian tersebut bisa dikembangkan lebih lanjut dan dijadikan sebagai komoditas ekspor yang menjanjikan di pasar internasional.
Suwandi juga menjelaskan bahwa pemerintah sedang melakukan uji coba penanaman sorgum di beberapa provinsi seperti Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Pulau Jawa.
“Ide tanam sorgum adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan petani sawit saat peremajaan sawit miliknya. Jika dalam satu tahun, ada target peremajaan sawit rakyat seluas 180.000 hektare, akan diperoleh potensi hasil per tahun: biji sorgun 3,5 juta ton, nira sorgum 2,5 juta ton, Bioethanol, 1 juta ton, pakan ternak hijauan 27 juta ton, setara untuk menghidupi 2,5 juta lembu, pupuk organik 10 juta ton,” ujar Kacuk selaku pengusaha yang menanam sorgum di Sumatera.
Melihat dari perkembangan yang disampaikan oleh beberapa perwakilan, Syahrul Yasin Limpo selaku Menteri Pertanian menegaskan bahwa Kementerian Pertanian akan berkomitmen terhadap pembangunan pertanian.
“Dirjen Tanaman Pangan dan yang lainnya harus melakukan ekspor lebih besar, tiga kali lipat. Kalau tadi dilaporkan 11 ribu ton porang diekspor ke Malaysia, Cina, Thailand, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, dan Hongkong, maka kita akan membuat angka itu menjadi tiga kali lipat. Gerakan ini kita namakan Gratieks, gerakan tiga kali ekspor.