(0362) 21440
dkpp@bulelengkab.go.id
Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan

Tahapan Budidaya Artemia

Admin dkpp | 17 Juli 2019 | 17548 kali

Budidaya artemia bisa dilakukan di lahan yang tidak terlalu besar. Udang renik ini banyak dimanfaatkan sebagai pakan ikan dan hewan peliharaan lain. Memiliki kadar protein yang baik untuk hewan peliharaan, bisnis artemia cukup menggoda bila ditekuni. Berikut ini tahapan budidaya artemia. 

Budidaya artemia diawali dengan pembibitan. Telur artemia yang sudah diawetkan dalam kaleng pun bisa digunakan sebagai bibit. Telur ini kemudian ditetaskan hingga muncul bibit-bibit udang artemia yang bisa dibesarkan.

Cara menetaskan telur ini adalah dengan menggunakan wadah khusus yang terbuat dari plastik. Wadah haruslah berbentuk kerucut. Kapasitas wadah berkisar antara 3—75 liter tergantung banyaknya artemia yang ingin Anda tetaskan.

Karena artemia berkembang di pesisir pantai di alam, untuk penetasannnya juga dilakukan dengan air laut dengan kadar garam berkisar 30 per milimeter. Namun, hasilnya akan lebih baik jika kadar garam diturunkan menjadi 5 per mililiter. Anda bisa mengencerkan air laut tersebut dengan cara dicampur air tawar.

Sebelum dimasukkan ke wadah penetasan, telur direndam dalam air tawar selama 1 jam. Kemudian, saring telur dan tiriskan sampai airnya tuntas. Masukkan ke wadah penetasan.

Atur agar suhu tempat penetasan berkisar 25—30 derajat Celcius. Kadar oksigen yang dibutuhkan untuk menetaskan dan membudidayakan artemia berkisar 2 milimeter per liter. Cara menyeimbangkan kadar oksigen adalah dengan aerator ataupun blower. Penyinaran diperlukan dengan sinar lampu neon dengan daya 60 watt di samping wadah sejauh 20 cm.

Telur artemia yang sudah diletakkan dalam wadah penetasan dan lingkungannya diatur sedemikian rupa akan menetas dalam kurun waktu 35 jam. Telur menetas menjadi naupilus yang harus segera diambil.

Naupilus adalah larva stadium pertama dari artemia. Embrio artemia masih terbungkus selaput penetasan. Perkembangan menjadi artemia ditandai dengan pecahnya selaput embrio ini. Naupilus yang sudah diambil ini diambil dengan cara mematikan pengudaraan. Bagian atas wadah penetasan ditutup dengan kain, sedangkan bagian bawahnya disinari selama 5—10 menit. Anak artemia kemudian akan terpisah dari cangkang telur. Anakan artemia ini kemudian dipindahkan untuk dibudidayakan secara massal.

Sumber : https://www.pertanianku.com/tahapan-budidaya-artemia/