Pada era modern seperti saat ini hampir semua orang tidak dapat terlepas dari bahan plastik dalam aktivitas kesehariaanya. Peningkatan penggunaan bahan plastik mengakibatkan peningkatan produksi sampah plastik, mengingat banyak keunggulan dari bahan plastik dibandingkan bahan lainnya. Namun sifatnya yang sulit terurai secara alami dan membutuhkan waktu bertahun-tahun menyebabkan banyak masalah yang dapat ditimbulkan dari sampah plastik tersebut.
Bahkan Indonesia merupakan peringkat kedua penghasil sampah plastik ke laut setelah Tiongkok. Hal itu berkaitan dengan data dari KLHK yang menyebut plastik hasil dari 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dalam waktu satu tahun saja, sudah mencapai 10,95 juta lembar sampah kantong plastik. Jumlah itu ternyata setara dengan luasan 65,7 ha kantong plastik atau sekitar 60 kali luas lapangan sepak bola (CNNIndonesia 2016).
Ancaman besar dari plastik juga berakibat pada hewan di lautan salah satunya adalah penyu, sampah plastik merupakan salah satu pemicu kematian penyu di laut. Penyu seringkali salah mengira sampah plastik sebagai ubur-ubur, salah satu makanan favorit mereka. Plastik dapat memblokir saluran pencernaan dan menyebabkan kematian perlahan serta menyakitkan karena kelaparan. Sampah dengan berbagai macam bentuk dan ukuran menjadi penghalang bagi Penyu yang akan menepi untuk bertelur. Belum lagi sampah yang tercecer di pantai sering kali melilit sirip Penyu dan semakin mempersulit perjalanan mereka untuk bertelur dan berkembang biak.
Tindakan yang dapat dilakukan manusia untuk mengurangi kematian penyu adalah dengan cara tidak membuang sampah sembarangan terutama sampah plastik. (renn)
Download disini