Langkah pertama yang harus dilakukan dalam membuat kolam tanah adalah konstruksinya. Konstruksi dinding kolam tersebut harus kokoh dan mampu menampung air, tidak bocor, serta dilengkapi dengan saluran air. Dinding kolam tanah tidak harus terbuat dari tanah, tetapi bisa terbuat dari plastik terpal atau susunan batako dan semen (tembok). Dengan demikian, kekokohan dinding bisa lebih terjamin dan pembuatannya bisa lebih cepat. Untuk kemudahan dalam melakukan pemanenan, kolam perlu dilengkapi dengan kobakan, yaitu kolam kecil yang dibangun di dekat saluran pengeluaran air.
Sistem pengairan yang sesuai untuk kolam tanah adalah air tenang dan air mengalir. Sesuai dengan namanya, sistem kolam air tenang (KAT) dikembangkan dengan pergantian air yang minim. Air baru dimasukkan atau ditambahkan ke dalam kolam jika ketinggian air mengalami penurunan karena faktor penguapan. Sebenarnya, produktivitas kolam ini masih bisa ditingkatkan dengan beberapa cara. Cara pertama adalah membuat kolam pemeliharaan agak dalam, yaitu 1,5—2 m. Berikut alasannya.
2) Menjaga kestabilan suhu air. Di satu sisi, perubahan suhu air diakibatkan oleh perubahan suhu udara dan penetrasi sinar matahari. Sementara itu, di sisi yang lain air memiliki kemampuan untuk mempertahankan agar suhunya tetap stabil melalui sistem kandungan panas (heat content) yang telah diserap dari lingkungannya. Kemampuan ini sangat bergantung pada volume air yang ada di dalam suatu wadah. Kemudian, suhu air dapat diukur pada saat pukul 05.00 pagi dan pukul 14.00 siang. Pada kedua waktu tersebut, pada umumnya terjadi perbedaan suhu air kolam yang cukup mencolok. Kestabilan suhu akan mengurangi energi yang dikeluarkan ikan selama proses metabolisme tubuhnya. Tentu saja, penghematan energi ini dapat dimanfaatkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Kestabilan suhu juga akan mempengaruhi kehidupan plankton yang ada di perairan kolam dalam yang secara tidak langsung bermanfaat bagi kehidupan ikan nila.
3) Kolam dalam merupakan bentuk pendekatan sistem pemeliharaan di keramba jaring apung (KJA). Kedalaman efektif KJA adalah 2—2,5 m. Jadi, kolam yang dibuat diupayakan agar kedalamannya juga menyerupai KJA, yaitu 2—2,5 m. Dengan kondisi ini, kolam dalam akan serupa dengan KJA sehingga relatif mudah dikelola. Kedalaman air kolam 2 m juga memungkinkan untuk memodifikasi kolam dengan cara menempatkan jaring apung di atasnya.
Cara lain untuk meningkatkan produktivitas kolam adalah dengan melengkapi kolam dengan sistem aerasi yang memadai. Tujuannya untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam di air selama pemeliharaan berlangsung. Ada beberapa sistem aerasi yang bisa diterapkan, misalnya dengan menggunakan blower dan kincir air. Cara ini tentu saja memerlukan biaya tambahan dalam produksi ikan. Cara lain yang sederhana adalah memodifikasi sistem aliran air yang akan masuk ke area perkolaman. Jika aliran air yang menuju perkolaman tergolong deras, perlu dibuatkan pemecah arus.
Aliran air perlu diatur secara berundak sehingga pecahnya arus akan meningkatkan kandungan oksigen dalam air. Inilah yang sering dikenal sebagai bentuk agitasi oksigen. Kolam yang akan digunakan perlu dikeringkan dan dijemur selama 3—7 hari agar siklus penyakit dan parasit yang terdapat di dalamnya terputus. Untuk beberapa daerah yang banyak terdapat ikan predator, tindakan ini juga bermanfaat untuk meminimalkan berkembangnya predator tersebut. Pengeringan kolam juga bermanfaat untuk menguapkan gas yang dihasilkan oleh bahan organik yang membahayakan kehidupan ikan. Selama proses pengeringan, kolam perlu dilengkapi dengan saringan terhadap predator yang seringkali masuk bersama dengan aliran air.
Pemberian kapur (tohor) juga perlu dilakukan untuk meningkatkanalkalinitas dan membantu memperbaiki kualitas tanah. Dosis pemberiannya yaitu 25—50 g/m2 dan dapat ditambahkan jika derajat keasaman (pH) tanah kolam lebih rendah dari 5. Selain dikapur, kolam juga perlu dipupuk. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan air kolam sehingga meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan ikan nila yang hidup di dalamnya. Oleh karena sifatnya sebagai bahan dasar untuk pertumbuhan populasi plankton, dosis pemupukan yang ideal adalah 200—250 g/m2. Pertumbuhan populasi plankton ini bermanfaat bagi pertumbuhan ikan nila karena sifatnya sebagai hewan omnivora, yang salah satu pakannya adalah plankton.