(0362) 21440
dkpp@bulelengkab.go.id
Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan

Menanam Kedelai di Lahan Naungan Pohon Kayu Putih

Admin dkpp | 21 Januari 2020 | 575 kali

Pohon kayu putih biasanya berjarak tanam mulai dari 3 × 1 meter, 4 × 1 meter, 5 × 1 meter, atau jajar legowo 5 × (1 × 1) meter. Jarak tanam yang digunakan tersebut masih memungkinkan daerah naungan terpapar sinar matahari. Untuk meningkatkan wilayah tanaman kedelai, Badan Penelitian dan Pengendalian Kementerian Pertanian mengembangkan teknik tumpang sari  dengan menanam kedelai di lahan naungan pohon kayu putih. 

Tajuk tanaman kayu putih akan dipangkas rutin setiap tahunnya dan daunnya diolah untuk menghasilkan minyak kayu putih. Hal ini semakin membuat lahan sela pohon kayu putih mendapatkan sinar matahari.

Budidaya kedelai di lahan naungan pohon kayu putih disebut dengan Budena kayu putih. Teknik tumpang sari ini dapat menjadi solusi jitu untuk meningkatkan pendapatan petani kayu putih dan memperluas wilayah tanam kedelai.

Teknik ini disosialisasikan oleh tim peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).  untuk meningkatkan produktivitas kedelai di bawah naungan pohon kayu, Anda harus memulai dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas tangkapan sinar matahari.

Kualitas dan kuantitas tangkapan sinar matahari dapat dilakukan dengan menentukan waktu tanam pohon tumpang sari dan mengatur populasi tanaman yang disesuaikan dengan jarak tanam dan model tanam.

Langkah selanjutnya adalah dengan ketersediaan air tanah. Menanam kedelai dapat dilakukan pada awal musim hujan yang diperkirakan ketersediaan air tanah cukup untuk mendukung proses pertumbuhan tanaman utama ataupun tanaman tumpang sari.

Terakhir adalah dengan meningkatkan ketersediaan hara N, P, dan K yang bisa didapatkan dari pupuk tunggal ataupun pupuk majemuk. Namun, akan sangat bagus untuk meningkatkan bahan organik tanah dengan pemberian pupuk organik. 

Pengujian Budena sudah dilakukan di Mojokerto, Jawa Timur, pada 2018 dengan menggunakan varietas kedelai Anjasmoro, Dena 1, Agromulyo, dan Dega 1 dengan cara tanam baris tunggal 40 cm × 15 cm. Pupuk yang digunakan adalah pupuk 250 kg/hektare Phonska dan 100 kg/hektare SP-36 dan pupuk organik pada saat sebelum masa tanam sebanyak 1 ton/hektare.

Hasil yang didapatkan dari produksi beberapa varietas kedelai rata-rata sebesar 0,8 ton/hektare. Produktivitas sangat dipengaruhi air tanah. Oleh karena itu, teknologi Budena sangat tepat diterapkan pada awal musim hujan.