Lele merupakan salah satu komoditas ikan konsumsi yang banyakdiusahakan oleh pembudidaya. Hal ini tak lepas dari kebutuhannya yang juga besar. Sebag ai gambaran, kebutuhan lele di Jabodetabek tidak kurang dari 75 ton per hari. Angka yang cukup fantastis. Ini belum termasuk wilayah di luar Jabodetabek yang pasti dengan permintaan sangat besar pula.
Kalau kita berjalan di malam hari di beberapa kota besar, terutama di Pulau Jawa, pemandangan tenda-tenda atau warung yang menyajikan lele sebagaisalah satu hidangannya sangat mudah dijumpai. Dengan kondisi tersebut tentumengundang banyak orang yang ingin mengusahakannya. Namun demikian, terjun dalam usaha ini bukan tanpa risiko. Seperti halnya budi daya ikan konsumsi lainnya, budi daya lele juga kerap mengalami kegagalan.
Sebagai pemula, sangat disarankan memilih segmen usaha pembesaran lele. Alasannya sebenarnya cukup sederhana. Jika dibandingkan dengan usaha pembenihan yang begitu besar tingkat risikonya, seperti kematian benih yang tinggi, usaha pembesaran jauh lebih sederhana dan mudah dipelajari. Mempelajari usaha pembesaran lele tidak sesulit usaha pembenihan. Seseorang yang ingin terjun dalam usaha pembenihan harus memahami dengan baikteknik pembenihan, pengelolaan air, serta manajemen pemeliharaaan induk dan benih. Sementara usaha pembesaran, cukup memahami teknik pembesaran benih dan cara perawatannya yang benar.
Jika tertarik membesarkan lele, sebaiknya dimulai dari skala kecil. Hal ini dimaksudkan kelak jika terjadi gagal panen, risiko yang ditanggung juga kecil. Selain skala usaha, calon pembudi dayasebaiknya menggunakan lele unggul, yaitu lele sangkuriang karenamemiliki pertumbuhan cepat. Hanya dengan pemeliharaan selama dua bulan, benih lele ukuran 7—8 cm sudah dapat dipanen menjadi ukuran konsumsi (8—12 ekor/kg).
Sumber : https://www.pertanianku.com/inilah-tahapan-pembesaran-lele-di-kolam-terpal/