Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melakukan perkembangan inovasi baru berupa anggrek Cymbidium dan Paphiopedilum. Kedua varietas ini merupakan varietas anggrek unggulan yang dihasilkan dari perakitan varietas yang menggunakan sumber daya genetik yang tersedia.
Inovasi lainnya yang dilakukan oleh Balitbangtan pada produk terbarunya ini adalah perbanyakan massal melalui teknik kultur jaringan dan inovasi budidaya skala industri.
Anggrek varietas Cymbidium dan Paphiopedilum memiliki nilai ekonomi yang tinggi di pasar internasional. Menurut Badan Pusat Statistik, pada 2019 nilai ekspor kedua jenis anggrek ini bisa mencapai 176 juta dolar AS. Peminatnya berasal dari USA, Jepang, Belanda, Korea Selatan, Australia, Vietnam, Canada, Britania, Brazil, dan Jerman.
Hal ini membuat Balitbangtan melakukan pengembangan anggrek tersebut ke dalam skala komersial. Pertumbuhan anggrek Cymbidiym dan Paphiepedilum di Indonesia sangat tinggi karena iklim Indonesia mendukung pertumbuhan kedua jenis anggrek tersebut. Selain itu, ketersediaan spesies alam sebagai plasma nutfah di Indonesia sangat melimpah. Di antaranya Paphiopedilum kolopakingi, Paphiopdilum gigantifolium, Cymbidum cholorantum, Cymbidium finlaysonianu, Cymbidium ensifolium, Cymbidium hartinahianum, dan Cymbidium biflorum.
Peneliti Balitbangtan Dr. Sri Rianawati, mengatakan pada 2019 Balitbangtan sudah melepas tiga varietas Paphiopedilum dan lima varietas Cymbidium. Seluruh varietas tersebut memilki keunggulan masing-masing. Namun, seluruh varietas tersebut sama-sama memiliki corak bunga yang indah dan ketegaran tanaman.
Kepala Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Dr. Rudy Soehendi mengatakan Balithi sedang menyiapkan perbanyakan varietas tersebut untuk dilakukan pengembangan di masyarakat. Untuk menembus pasar internasional, Indonesia harus melakukan penyediaan varietas unggul baru (VUB), menyediakan benih anggrek bermutu, dan teknologi budidaya inovatif sehingga dapat menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar internasional.