(0362) 21440
dkpp@bulelengkab.go.id
Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan

Budidaya Artemia di Tambak Menjadi Penghasilan Tambahan Penambak Garam

Admin dkpp | 02 April 2020 | 1913 kali

Artemia merupakan pakan alami larva udang yang bisa dibudidyakan secara tumpang sari. Budidaya tumpang sari biasanya dilakukan pada tambak garam dan dilakukan oleh penambak garam sebagai hasil tambahan. Dengan begitu, selain budidaya artemia, penambak juga tetap bisa memproduksi garam. 

Pada dasarnya artemia toleransi terhadap perubahan fisik dan kimia air tempatnya bertumbuh, kecuali dengan bahan beracun. Hal tersebut yang menyebabkan budidaya artemia bisa dilakukan di mana saja, seperti pada tambak garam. Namun, untuk mendapatkan hasil yang optimal, Anda harus melakukannya dengan ilmu pengetahuan yang memadai.

Penyiapan tambak

Siapkan tambak dengan membuat tanggul atau pematang yang tidak bocor. Anda bisa menggunakan plastik hitam atau dinding beton yang sangat membantu untuk mencegah kocoran. Isi tambak tersebut dengan air laut yang salinitasnya tinggi mencapai 70—80 ppt dengan kedalaman 60—100 cm. Penggunaan salinitas yang tinggi berguna untuk mencegah predator artemia masuk ke tambak.

Pemupukan

Setelah tambak siap, berikan pemupukan untuk menumbuhkan fitoplankton yang merupakan pakan alami dari artemia. Fitoplankton memerlukan air yang cukup serta nutrien untuk tumbuh, terutama N dan P.

Pencegahan predator

Anda harus mencegah predator artemia berada di dalam tambak. Benih ikan dan zooplankton yang memakan fitoplankton dapat menjadi predator bagi artemia. Berikan saponin dengan dosis 10—12 ppm untuk mencegah pertumbuhan predator.

Penetasan kista artemia

Untuk memulai budidaya, benih artemia ditebarkan ke tambak. Sebelum ditebar, benih harus disiapkan terlebih dahulu dengan cara penetasan kista artemia dari kista artemia yang dikeringkan. Penetasan kista artemia dapat dilakukan dengan memasukkan kista ke air laut dengan salinitas 20—30 ppt, pH sekitar 8 dan suhu sebesar 26—28°C.

Penebaran benih 

Penebaran dilakukan dengan padat tebar sekitar 30—100 ekor/liter. Jumlah benih yang diperlukan pun dapat dihitung dengan kistanya jika daya tetas kista diketahui. Waktu penebaran sebaiknya dilakukan pada saat matahari tidak terik, yaitu pada sore hari.

Pemeliharaan

Anda harus menjaga salinitas air pada kisaran 110—120 ppt. Jika salinitas terlalu rendah, bisa ditingkatkan dengan menambah garam atau memasukkan air bersalinitas tinggi. Jika salinitas terlalu tinggi, bisa diatasi dengan memasukkan air baru dengan salinitas rendah. Kedalaman air setiap harinya tak kurang dari 30—40 cm dan suhunya tidak lebih dari 30°C. Anda bisa memberikan perlindungan pada tambak berupa dedaunan potogan daun pisang, atau nipah.

Panen

Akibat salinitas yang tinggi, telur artemia akan mengambang di permukaan air dan bisa dipanen setiap hari selama dua bulan. Selain kista, Anda bisa memanen biomassa artemia beberapa kali selama masa budidaya.

https://www.pertanianku.com/budidaya-artemia-di-tambak-menjadi-penghasilan-tambahan-penambak-garam/