Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kembali mengembangkan program unggulan, yakni budidaya ikan lele sistem bioflok ke sejumlah daerah di Indonesia hingga ke perbatasan.
Program tersebut kembali diperkenalkan ke masyarakat ke berbagai daerah karena sebelumnya pemerintah berhasil mengembangkan lele sistem bioflok yang bertujuan memberdayakan masyarakat untuk lebih mandiri dalam mengembangkan usaha dan juga untuk meningkatkan pendapatan masyarakat bahkan hingga ke daerah perbatasan RI.
Hal ini karena perbatasan perlu diperkenalkan program budidaya ikan lele sistem bioflok yang menggunakan kolam terpal. Salah satunya di daerah Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Belu sendiri merupakan darah yang cukup dekat dengan Atambua, daerah yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengatakan, program ini diharapkan mampu mendorong pemerataan ekonomi, dan ketahanan pangan di kawasan-kawasan perbatasan.
Menurutnya, kawasan perbatasan sebenarnya memiliki sumber daya alam yang tinggi. Namun, minimnya informasi teknologi, menyebabkan nilai ekonomi SDA tersebut belum dapat dirasakan.
Oleh karenanya, ia menegaskan pentingnya membangun daerah perbatasan melalui penciptaan alternatif usaha berbasis inovasi teknologi budidaya.
“Budidaya lele bioflok di Kabupaten Belu ini menjadi yang pertama di NTT. Ke depan diharapkan akan menjadi pemicu untuk diadopsi di daerah lain,” terang Slamet dalam keterangan resminya seperti dikutip Detik (2/10).
Slamet mengungkapkan, bahwa pesan Nawacita untuk membangun Indonesia dari pinggiran menjadi pertimbangan utama bagaimana program-program prioritas perikanan budidaya ini bisa menyasar ke daerah-daerah perbatasan.
Program pengembangan budidaya lele bioflok ini diharapkan dapat menyuplai kebutuhan gizi masyararakat yang bersumber dari protein yang berasal dari ikan.
Kebutuhan gizi menjadi masalah yang kerap kali dihadapi masyarakat di daerah perbatasan. Padahal, ketercukupan gizi menjadi indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
“Jika dilihat masih ada ketimpangan IPM masyarakat di daerah perbatasan. Saya rasa program ini menjadi sangat strategis untuk meningkatkan IPM melalui pemenuhan gizi masyarakat, apalagi komoditas lele saat ini mulai digemari masyarakat luas. Bu Menteri (Susi Pudjiastuti) sangat konsen untuk mendorong masyarakat agar mulai gemar makan ikan,” ungkapnya.
Bupati Belu, Willybrodus Lay, mengaku senang dengan inovasi teknologi budidaya lele bioflok dan bisa dikenalkan pada masyarakat perbatasan. Ia menyakini upaya ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di masyarakat.
“Pengenalan teknologi lele bioflok sangat cocok dengan karakteristik daerah di Belu, di mana sumber air bisa diefisienkan, namun di sisi lain produktivitas bisa ditingkatkan berkali lipat. Kami akan dorong nantinya paling tidak dalam satu desa ada 5—10 unit kegiatan usaha sejenis. Saya yakin ini akan menggerakkan ekonomi lokal di Belu dan pastinya akan mendongkrak tingkat konsumsi ikan perkapita masyarakat Belu,” tutur Willy.
Sumber : https://www.pertanianku.com/begini-cara-kkp-perkenalkan-budidaya-ikan-lele-hingga-ke-perbatasan/