Perubahan iklim masih menjadi persoalan yang mengancam dunia. Itu sebabnya berbagai instansi terus berupaya memberikan solusi agar kondisi perubahan tersebut dapat terkendali. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) bersama beberapa kementerian/lembaga bersinergi untuk menyusun rumusan sistem peringatan dini dan strategi adaptasi-mitigasi bencana dan perubahan iklim untuk sektor pertanian.
Plt. Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry, mengatakan, pembangunan pertanian ke depan akan difokuskan untuk tahan iklim dan rendah karbon. Hal tersebut senada dengan pesan yang disampaikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengenai urgensi penanganan dampak perubahan iklim dan bencana. Sistem pertanian yang berketahanan iklim dan rendah karbon perlu didukung dengan peringatan dini
“Pembanguan pertanian berketahanan iklim dan rendah karbon untuk meningkatkan resiliensi dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ini perlu sistem informasi peringatan dini yang lebih memadai dan komprehensif,” tutur Fadjry seperti dilansir dari laman litbang.pertanian.go.id.
Integrated Early Warning System (EWS) atau sistem peringatan dini terintegrasi dikembangkan secara kolaborasi antara kementerian/lembaga dan stakeholder. Sistem ini dapat menjadi salah satu jawaban dari sistem pertanian yang akan dikembangkan.
“Sinkronisasi dan kolaborasi menjadi signifikan untuk dilaksanakan. Mulai dari identifikasi data detail di lapangan, analisis secara kontinyu, hingga peningkatan kapasitas,” terang Sekretaris Balitbangtan, Dr. Haris Syahbuddin.
Dalam rumusan sistem peringatan dini serta strategi adaptasi bencana dan perubahan lingkungan memuat data dari kementerian/lembaga lain. Data-data tersebut antara lain data spatio-temporal dari Badan Nasional Pencegahan Bencana (BNPB), informasi kebakaran hutan dan lahan pertanian dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.
Selanjutnya, ada juga info dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang musim, banjir, dan kekeringan, serta data tentang informasi air permukaan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Selain itu, masih ada beberapa data penting lainnya terkait pertanian.
Informasi tersebut dibutuhkan untuk menciptakan strategi adaptasi dan mitigasi dari dampak perubahan iklim. Misalnya, aktivitas adaptasi perubahan iklim yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian.
“Jadi aspek hazard (bahaya), kapasitas, dan peta kerentanan dari BNPB ada di big data itu. Ini bisa diintegrasikan oleh K/L, jadi tidak hanya menggabungkan database yang ada tetapi bagaimana data memberikan manfaat bagi sektor-sektor lain,” jelas Direktur Peringatan Dini BNPB, Ir. Afrial Rosya.
Sumber : https://www.pertanianku.com/sistem-peringatan-dini-pertanian-besutan-balitbangtan-untuk-hadapi-perubahan-iklim/